Saya kembali berbicara masalah rokok. Ada dua hal yang terlebih dahulu harus saya sampaikan berkaitan dengan orang yang merokok yaitu: (1) adalah hak masing-masing individu untuk merokok setiap saat sepanjang kegiatan merokok itu dilakukan sendirian atau hanya dilakukan di tengah komunitas perokok (ruangan khusus merokok). Dalam hal ini, saya tidak akan mengutak-atik hak tersebut, karena seluruh akibat bahaya merokok akan dinikmati sendiri oleh sang perokok; (2) tidak ada seorangpun yang berhak mengotori lingkungan disekitarnya dengan asap rokok sehingga tidak sepatutnya merokok di tempat umum atau dihadapan orang lain.
Meskipun demikian sebagai sesama manusia tentunya saya mempunyai kewajiban moral untuk membantu saudara-saudara kita yang terlanjur menjadi “ahli hisap” dengan cara mengingatkan agar perlahan-lahan meninggalkan kebiasaan merokok. Saya pernah membaca sebuah buku terjemahan yang berjudul “5 Langkah Jitu Cara Berhenti Merokok”, penulisnya adalah Charles F. Wetherall. Dalam rangka saling mengingatkan, saya akan kutip beberapa hal yang penting dari buku tersebut sebagai masukan bagi para perokok untuk menghentikan kegiatan merokok.
5 Langkah Jitu Cara Berhenti Merokok:
Bagi para perokok, 5 langkah ini Insya Allah dapat dijadikan sebagai acuan prosedur untuk berhenti merokok.
1. Tentukan Sebab-Sebab Yang Mendorong Keinginan Anda Untuk Berhenti Merokok
Langkah pertama ini sangat penting bagi perokok yang benar-benar berniat untuk berhenti merokok. Faktor dorongan atau motivasi sangat berperan penting bagi setiap orang dalam melakukan suatu tindakan. Jika anda tidak pernah memiliki faktor pendorong atau sebab, maka sulit rasanya bagi anda untuk berhenti merokok. Faktor yang menjadi penyebab bermacam-macam dan tentunya berbeda bagi setiap orang. Sebagai contoh, saya mempunyai beberapa teman yang aktif di suatu partai politik. Sepanjang yang saya ketahui, kader dari parpol ini tidak ada seorangpun yang merokok (setidaknya tidak merokok di tempat umum) padahal sebelum dia bergabung dengan parpol tersebut dia dulu juga seorang perokok. Pesan yang saya tangkap adalah bahwa keinginan untuk “diterima” pada suatu lingkungan dapat dijadikan salah satu faktor pendorong atau penyebab seseorang berhenti merokok. Penyebab untuk berhenti lainnya adalah adanya ancaman bahaya dari sebatang rokok. Berbicara masalah bahaya rokok, rasanya setiap orang sudah mengetahui bahaya tersebut sehingga tidak aneh jika pada bungkus rokok tertera bahaya dari merokok. Charles F. Wetherall mengutip sebuah data dari U.S. Public Service Office on Smoking bahwa sekitar 500.000 orang mati pada usia muda setiap tahunnya sebagai dampak dari merokok. Bagi kita, pelajaran yang terpenting adalah “belajar dari kesalahan orang lain”, “belajar dari kematian orang lain”. Memang benar mati adalah suatu kepastian, tetapi janganlah mati karena kebodohan. Bagi yang sudah menikah, sikap ketidaksukaan pasangan terhadap merokok juga dapat dijadikan pendorong untuk berhenti merokok. Bukankah dulu ketika pacaran hampir selalu terucap “demi kamu, apapun akan kulakukan sayangku…”. Nah..sekaranglah saatnya bagi anda yang tidak suka asap rokok untuk menagih janji pasangan anda yang perokok untuk menghentikan kegiatan merokoknya. Apalagi bagi yang sudah memiliki putera – puteri….kasihan sekali mereka jika setiap hari diberi tambahan makanan berupa asap rokok oleh ayahnya. Ingat, yang diperlukan bagi anak-anak kita adalah “4 sehat, 5 sempurna”….dan dalam kategori tersebut asap rokok tidak termasuk dalam bagian dari 4 sehat 5 sempurna.
2. Klasifikasi Rokok Sesuai Tingkat Esensinya
Sejauh mana anda memandang rokok dalam kehidupan anda? Apakah demikian besar esensi rokok dalam hidup hidup. Buatlah perbandingan atas semua aktivitas anda: tidur, olah raga, ibadah, makan, minum, rekreasi, merokok …dsb..dsb. Dari semua aktivitas tersebut, menurut anda pada urutan keberapakah merokok tersebut? Seseorang akan kehilangan kebugaran jika tidak olah raga, orang juga akan lemas jika tidak makan dan minum berhari-hari, seseorang akan kelihatan tidak sehat jika kurang tidur. Bagaimana dengan merokok? Apakah anda pernah mengalami sakit ketika tidak merokok seharian (misalnya saat puasa Ramadhan). Memang sering kita dengar pernyataan dari para perokok bahwa konsentrasinya hilang jika tidak merokok, atau gairah kerja menurun jika tidak merokok. Pernyataan itu jelas suatu kebohongan yang muncul dari ketidakmampuan untuk melawan hawa nafsu merokok. Ketika seseorang telah terjerat rokok, dia menggunakan alasan yang bersifat sugestif sebagai legitimasi dari merokok. Apa hubungannya asap rokok dengan konsentrasi atau semangat kerja? Silakan tunjukkan hasil penelitian medis yang menyebutkan bahwa asap rokok dapat meningkatkan konsentrasi dan gairah kerja secara normal. Maksudnya, gairah tersebut harus benar-benar muncul layaknya seseorang mengkonsumsi makanan bergizi atau bervitamin, bukan hanya sekadar doping.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat membantu kita menempatkan posisi merokok dalam hidup kita. Jika kita tidak berhasil menempatkan merokok pada posisi yang penting, maka perlahan-lahan kita dapat meninggalkan keabiasaan merokok. Manusia yang berpikiran jernih tentunya akan meninggalkan kesia-siaan, terlebih lagi jika kesia-siaan tersebut berbahaya bagi dirinya.
3. Kurangi Merokok Secara Teratur dan Bertahap
Langkah ini adalah latihan bagi anda yang benar-benar berniat berhenti merokok. Kurangi porsi merokok anda, batang demi batang. Jika saat ke kantor anda biasa membawa rokok, mulailah dengan tidak membawa rokok di saku anda.
4. Berhenti Merokok Secara Total
Setelah berhasil mengurangi porsi rokok, maka anda dapat memulai langkah ini yaitu berhenti merokok secara total.
5. Konsisten Berhenti Merokok Sepanjang Waktu
Langkah terakhir adalah konsistensi anda dalam berhenti merokok.
Langkah-langkah tersebut tentunya hanya sebagai pendorong, karena factor penting adalah kesungguhan anda untuk berhenti merokok. Apapun teorinya jika anda tidak pernah berniat berhenti merokok, maka akan sia-sia teori tersebut. Semoga informasi ini bermanfaat bagi saudara-saudaraku para perokok.
Assalamu’alaikum …
Mohon Maaf …
Sebelum saya mengikuti tips dari Anda, mohon jawab pertanyaan saya dahulu …
Karena jawaban Anda sangat mempengaruhi keberhasilan saya dan teman disekeliling saya untuk mengikuti Tips yang Anda Tulis (walau cuman mengutip) …
1. Apakah Anda juga perokok ?
2. Kalau ya , berapa lama anda menjadi perokok ?
3. Rokok apa yang menjadi favorit Anda ? (maaf bukan bermaksud promosi iklan)
“Banyak Tips yang sudah dibaca, banyak nasihat yang sering di dengar … banyak langkah yang sudah diikuti, tapi sulit untuk berhenti merokok”
Terimakasih
=======
Wa’alaikumussalam
Mungkin jawaban yang akan saya sampaikan atas pertanyaan tersebut kurang dapat memuaskan Mas Ades. Saya pernah mencoba merokok ketika SMA dulu meskipun saya ini bukan termasuk kategori perokok. Dalam masa coba-coba tersebut saya langsung memutuskan untuk tidak melanjutkan merokok karena saat itu saya tidak dapat menemukan kenikmatan merokok. Selain itu informasi mengenai bahaya rokok saat itu juga sudah saya dengar sehingga semakin memperkuat keinginan saya untuk tidak menjadi perokok.
Memang benar, nasihat akan lebih mengena jika disampaikan langsung oleh mereka yang pernah mengalaminya, dalam hal ini saya dianggap kurang tepat menyampaikan karena saya bukan perokok. Akan tetapi saya berlandaskan pada satu keyakinan bahwa “mari belajar dari kesalahan orang lain”. Saya tidak harus menjadi “orang yang salah” terlebih dahulu untuk kemudian berubah menjadi baik, tetapi ketika ada orang lain salah (dalam hal ini dampak dari merokok) maka saya memutuskan untuk tidak mengikuti jejak tersebut. Bagi yang sudah terlanjur merokok, maka menurut saya, “Langkah Pertama” dalam tulisan tersebut mempengaruhi niat untuk berhenti.
Sekali lagi, tips dari siapapun juga hanyalah sekadar tulisan yang membantu memotivasi bagi perokok untuk berhenti merokok. Selain berupa kutipan, dalam tulisan tersebut juga ada beberapa pemikiran saya pribadi. Tidak ada yang mampu menjamin bahwa tips pasti akan mengubah seseorang. Unsur utama terletak pada si perokok sendiri, adakah niat untuk berhenti? Bukankah kita sering mendegar “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya”? Pernahkah kita melewati suatu rel kereta? ketika kita menyeberangi rel kereta kita pasti akan berhati-hati karena khawatir tiba-tiba kereta lewat. Apakah kekhawatiran tersebut muncul karena kita pernah tertabrak kereta? bisa ya bisa tidak. Tetapi, biasanya kekhawatiran kita muncul karena sudah ada kejadian orang yang tertabrak kereta karena tidak hati-hati ketika menyebrang rel. Mengapa untuk kasus rel kereta kita mau “taat” pada pesan-pesan yang muncul dari kesalahan orang lain sedangkan untuk kasus rokok tidak? Bukankah akibatnya sama-sama akan merugikan fisik kita? Perbedaannya adalah jika tertabrak kereta tubuh kita akan rusak luar dan dalam bahkan mungkin langsung tewas, tetapi untuk kasus rokok tubuh kita rusak bagian dalam secara perlahan-lahan.
Saya berdoa, jika Mas memang berniat berhenti, semoga Mas mendapatkan keteguhan hati untuk berhenti. Saya sebagai orang lain saja peduli dengan tubuh para perokok, mengapa para perokok sendiri tidak peduli pada tubuhnya sendiri?
Ismail Marzuki